Keinovatifan dan Kategori Adopter - BAHAN BELAJAR
News Update
Loading...

Friday, June 7, 2013

Keinovatifan dan Kategori Adopter


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan, dimana pendidikan dapat menjadi tombak masa depan seseorang. Pendidikan dapat dimulai dari sejak dini hingga tak terbatas usia. Pendidikan yang kita dapat dari kecil hingga sekarang pasti mengalami suatu perubahan. Perubahan suatu pendidikan merupakan hal yang lumrah terjadi. Tampaknya perubahan ini merupakan sesuatu yang harus terjadi dan tidak mungkin dihindari oleh manusia. Demikian juga halnya dalam dunia pendidikan perubahan-perubahan juga terus terjadi.
Di Indonesia terutama dalam dunia pendidikan, perubahan yang sering terjadi adalah perubahan kurikulum. Kurikulum pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang sehingga guru dituntut untuk lebih berkompetensi. Maka pemerintah menerapkan untuk guru SD minimal bergelar S1. Dengan demikian terjadinya perubahan kurikulum, dimana guru harus bisa menganalsis kurikulumnya dengan baik sehingga guru lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan / memilih metode pembelajaran yang digunakan, karena sebenarnya peserta didik yang kategori normal tidak ada yang bodoh. Sehingga diperlukan kompetensi guru yang dapat berinovasi untuk memilih dan menciptakan metode pembelajaran yang lebih baik sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam keinovatifan dan kategori adopter sebagai berikut:
2.      Bagaimana kategori adapter?
3.      Apa saja strategi difusi inovasi pendidikan terhadap pengadop inovasi?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran tentang keinovatifan dan kategori adopter serta sebagai sarana untuk meningkatkan keprofesionalan yang dimiliki khususnya untuk dunia pendidikan di Indonesia.













PEMBAHASAN

A.      Pengertian Keinovatifan
Menurut Rogers (1995), keinovatifan adalah tingkat yang berkenaan dengan seberapa lama seseorang/kelompok/sistem sosial lebih dahulu dalam mengadopsi ide-ide baru dari konsep-konsep difusi inovasi dibandingkan dengan yang lain.
Keinovatifan menjadi perubah utama dalam proses difusi inovasi yang disponsori oleh agen perubahan. Pada negara berkembang keinovatifan dipandang sebagai salah satu indikator kesuksesan program-program pembangunan. Keinovatifan menunjukan perubahan tingkah laku yaitu tujuan akhir program difusi bukan hanya pikiran dan sikap.
Inovasi yaitu sebagai sasaran yang dapat menjadi instrumen untuk melakukan perubahan sosial sedangkan keinovatifan merupakan tingkat pengadopsian dari kelompok masyarakat dan juga menjadi ciri pokok masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan. Proses perubahan tergantung pada waktu, objek dan sasaran. Ada yang gampang menerima atau bahkan sebaliknya yaitu sulit menerima atau menerima tetapi memerlukan waktu yang sangat lama.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang namanya keinovatifan adalah sebuah proses seseorang dalam menerima gagasan, objek yang menyangkut metode, strategi baru dan produk kategori lebih awal apabila dibandingkan dengan yang lain dalam sistem sosialnya. Lambat atau cepatnya dalam menerima inovasi melalui beberapa etape dan ini sangat tergantung pada individu penerima, karakteristik inovasi dan karakteristik lainnya yang individu itu berada di dalamnya.

B.       Pengertian Adopter

Adopter adalah orang yang memakai atau menerima suatu inovasi. Adopter dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan inovasi mereka (innovativeness) dan berdasarkan kecepatan mereka mengadopsi suatu inovasi yang diperkenalkan. Pembagian anggota sistem sosial ke dalam kelompok kelompok adopter (penerima inovasi) berdasarkan tingkat keinovatifannya yakni lebih awal atau lebih lambatnya seseorang mengadopsi dibandingkan dengan anggota sistem lainya. Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1.      Innovator
Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih cepat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini memiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2.      Early Adopter
Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3.      Early Majority
Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4.      Late Majority
Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5.      Laggard
Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan sumber daya hanya karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi bagi mayoritas akhir,mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983). Rogers menggambarkan kategori adapter sebagai berikut :
1.      Innovators : Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2.      Early Adopters (Perintis/Pelopor) : 13,5% yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati, akses di dalam tinggi.
3.      Early Majority (Pengikut Dini) : 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4.      Late Majority (Pengikut Akhir) : 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5.      Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional) : 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional. Cirinya : tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumber daya terbatas.

C.    Strategi Difusi Inovasi Pendidikan Terhadap Pengadop Inovasi
Strategi adalah suatu cara atau tehnik untuk meyebarkan inovasi., Dalam proses penyebaran inovasi tidak dapat dilakukan secara cepat, maka perlu suatu proses dan butuh waktu. Oleh karena itu penyebaranyapun perlu menggunakan strategi-strategi yang tepat.
Dalam proses penginovasian akan lebih mudah diterapkan jika menggunakan sebuah tehnik-tehnik tertentu yaitu melalui strategi yang dahsyat. Dengan adanya strategi-strategi yang dahsyat maka hambatan-hambatan inovasi akan lebih mudah diatasi.
Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, maka strategi yang tepat sangat diperlukan. Oleh karenanya kecermatan yang amat cermat dalam penggunaan strategi yang pas harus dicari dan diujicobakan. Adapun strategi difusi inovasi pendidikan terhadap pengadop inovasi, sebagai berikut :
1.      Strategi Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan strategi fasilitatif maknanya adalah untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakannya yaitu penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan, merasa perlu adanya perubahan, bersedia menerima bantuan dari luar dirinya, dan memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.

2.      Strategi Pendidikan
Dengan strategi pendidikan, orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang telah dipelajari tetapi terlupakan, sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, dan perlu mempertimbangkan perihal berikut yaitu antara lain:
-          Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai. Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya, sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain.
-          Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya. Strategi pendidikan akan kurang efektif jika tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan dan digunakan tanpa dilengkapi strategi yang lain.
3.      Strategi Bujukan
Strategi bujukan tepat digunakan bila klien tidak berpartisipasi dalam perubahan sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambil keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masaalah kurang efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara langsung terhadap klien.
4.      Strategi Paksaan
Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah dan klien tidak merasa perlu untuk berubah.
Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa, orang tua serta masyarakat. Harus dikemukakan dengan jelas mengapa perlu ada inovasi. Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi.
Motivasi dengan ancaman, yaitu mengajak agar orang mengikuti yang dilakukan oleh orang lain atau dengan menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum tentu dapat berhasil.
Planing tentang evaluasi keberhasilan program inovasi. Kejelasan tujuan dan cara menilai keberhasilan penerapan inovasi, merupakan motivasi yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan inovasi.

D.    Menggolongkan Kategori Adopter atas dasar Inovatif
Sebutan/Judul kategori adopter sama ketika seperti  riset difusi tentang diri mereka. Ketidakmampuan riset pada awal tentang riset difusi untuk bermufakat merupakan suatu landasan di dalam menugaskan istilah menuju/mendorong jumlah yang banyak tentang uraian adopter ini.
1.      Kurva Kewajaran dan Adopsi
Adopsi dari suatu inovasi  pada umumnya mengikuti suatu garis normal, Kurva S-shaped membengkok ketika direncanakan dari waktu ke waktu atas suatu basis frekuensi. Jika  kumulatif jumlah adopter direncanakan, hasil adalah suatu kurva shaped yang  membengkok.
2.      Metoda Penggolongan Adopter
Pencarian Seseorang untuk menstandardisasi  kategori adopter harus memutuskan: (1) atas banyaknya kategori adopter, ( 2) atas pembagian  anggota suatu sistem kepada  setiap kategori dan ( 3) atas penggunaan  metoda, bulatan statistik jika tidak melukiskan kategori adopter.
Ukuran untuk penggolongan adopter adalah secara inovatif dimana derajat tingkat bagi yang mana  perorangan atau unit lain tentang adopsi secara relatif lebih awal mengadopsi gagasan baru dibanding anggota suatu sistem sosial yang lain. Inovatif adalah suatu dimensi sanak keluarga, di dalam perorangan mempunyai lebih atau lebih sedikit tentangnya dibanding orang lain di dalam suatu sistem. Inovatif adalah suatu variabel berlanjut, dan penyekatan itu, ke dalam kategori adalah suatu alat konseptual, banyak seperti membagi rangkaian suatu status sosial ke dalam bagian atas, pertengahan, dan kelas lebih rendah. . seperti itu penggolongan adalah suatu penyederhanaan yang membantu pemahaman tingkah laku manusia, walaupun itu ada beberapa informasi sebagai hasil untuk dapat menggolongkan individu.

E.     Kategori Adopter sebagai suatu  Jenis yang Ideal
Jenis ideal adalah konseptual yang didasarkan pada pengamatan atas kenyataan yang dirancang untuk membuat perbandingan mungkin. Jenis ideal bukan sekedar suatu rata-rata dari semua pengamatan tentang suatu kategori adopter. Kita sekarang menyajikan suatu ikhtisar nilai-nilai dan karakteristik yang dominan dari tiap kategori adopter akan jadi dapat diikuti oleh  penyamarataan yang lebih terperinci.
1.      Pembaharu: Berani, suka bertualang
Berani, suka bertualang hampir suatu obsesi dari agen pembaharu. Hal Ini menarik akan adanya gagasan baru mereka ke luar dari suatu lingkaran jaringan panutan yang lokal dan ke dalam hubungan sosial yang lebih dari orang yang kosmopolit. Pola komunikasi dan persahabatan antar suatu persekongkolan pembaharu adalah umum, walaupun begitu jarak geografis antara pembaharu mungkin pantas untuk dipertimbangkan. Menjadi innovator mempunyai beberapa prasyarat. Kendali tentang sumber daya keuangan substansi adalah sangat menolong untuk dapat menyerap kerugian yang mungkin dari suatu inovasi tak menguntungkan. Kemampuan untuk memahami dan menerapkan  berlaku dalam  pengetahuan teknis yang kompleks adalah juga diperlukan. Pembaharu harus mampu mengatasi derajat tinggi ketidakpastian tentang suatu inovasi ketika mengadopsi.
2.      Awal Adopter : Menghormati
Awal orang yang mengangkat menjadi lebih terintegrasi di dalam bagian dari sistem sosial yang lokal dibanding dengan innovators. Dimana pembaharu adalah orang yang kosmopolit awal adopter adalah tempat. Awal adopter dapat menjadi orang yang terhormat oleh panutannya adalah perwujudan dari penggunaan dari suatu ide yang sukses. Adopter baru mengetahui bahwa untuk melanjutkan agar mendapat penghargaan para rekan kerja ini dan untuk memelihara suatu posisi pusat di dalam  jaringan komunikasi sistem, ia atau dia harus membuat keputusan inovasi yang bijaksana.
3.      Awal Mayoritas: Sengaja
Awal mayoritas mengadopsi gagasan baru tepat sebelum rata-rata anggota suatu sistem. Awal mayoritas saling berhubungan sering dijadikan sebagai panutan mereka. Tetapi jarang memegang/menjaga posisi kepemimpinan pendapat di dalam suatu sistem. Awal mayoritas posisi unik antara yang sangat awal dan secara relatif terlambat untuk mengadopsi buatan merekanya yang merupakan suatu mata rantai penting di dalam proses pembauran.
4.      Mayoritas Akhir-Akhirnya: Skeptis
Mayoritas mengadopsi gagasan baru hanya atau baru saja setelah rata-rata anggota suatu sistem. Seperti awal  mayoritas menyusun sepertiga anggota suatu sistem. Adopsi mungkin adalah kedua-duanya suatu tuntutan ekonomi untuk mayoritas, dan hasil untuk meningkatkan jaringan memaksa dari panutan. Inovasi didekati dengan suatu skeptis dan menjadi perhatian dan mayoritas tidak mengadopsi sampai hampir semua sistem mereka.
5.      Orang terlambat; Tradisional
Orang terlambat adalah yang terakhir di dalam suatu sistem sosial untuk mengadopsi suatu inovasi. Mereka menguasai hampir tidak ada pendapat kepemimpinan. Orang terlambat adalah kebanyakan pandangan lokal mereka dari semua kategori adopter: banyak yang mengisolasikan di dalam jaringan sosial dari sistem mereka.

F.     Karakteristik Kategori Adopter
Suatu riset yang sangat besar tentang literatur telah mengumpulkan beberapa variabel berhubungan dengan inovatif. Riset difusi ini dalam deretan penyamarataan di bawah ini ada tiga, yaitu :
1.      Karakteristik Ekonomi-Sosial
a.       Orang yang mengangkat lebih awal tidaklah berbeda dari orang yang mengangkat kemudiannya di dalam umur atau jaman.
b.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai pendidikan formal yang lebih tinggi dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
c.       Orang yang mengangkat lebih awal lebih mungkin terpelajar dibanding dengan orang yang mengangkat kemudiannya.
d.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai status sosial lebih tinggi dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
e.       Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai suatu derajat tingkat dari mobilitas sosial menaik dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
f.       Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai unit lebih besar (bertanilah, sekolah, perusahaan dan seterusnya).


2.      Variabel Kepribadian
Variabel kepribadian berhubungan dengan inovatif belum menerima perhatian riset penuh, sebagian karena berbagai kesulitan di (dalam) mengukur dimensi kepribadian di dalam wawancara bidang.
1.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai empati lebih dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
2.      Orang yang mengangkat lebih awal mungkin adalah lebih sedikit dogmatis dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
3.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai suatu kemampuan lebih besar untuk berhubungan dengan abstrak dibanding lakukan kemudian.
4.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai rasionalitas alat parutan dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
5.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai kecerdasan/inteligen lebih besar dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
6.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai suatu perilaku yang lebih baik ke arah perubahan dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
7.      Orang yang mengangkat lebih awal menjadi lebih baik mampu mengatasi dengan tidak tertentu dan mengambil resiko dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
8.      Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai suatu sikap yang lebih baik ke arah ilmu pengetahuan dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
9.      Orang yang mengangkat lebih awal adalah lebih sedikit fatalistis dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
10.  Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai cita-cita lebih tinggi untuk pendidikan formal, jabatan;pendudukan dan seterusnya) dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.

3.      Perilaku Komunikasi
Kita dapat menyatakan penyamarataan yang berikut:
  1. Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai lebih keikutsertaan sosial dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  2. Orang yang mengangkat lebih awal jadilah lebih yang sangat saling behubungan melalui  jaringan hubungan antar pribadi dalam  sistem sosial mereka dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  3. Orang yang mengangkat lebih awal jadilah lebih orang yang kosmopolit dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  4. Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai lebih agen perubahan menghubungi dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  5. Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai ekspose lebih besar ke komunikasi antar pribadi menggali dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  6. Orang yang mengangkat lebih awal mencari informasi tentang inovasi dengan aktip dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  7. Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai pengetahuan yang lebih besar innovatiuons dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.
  8. Orang yang mengangkat lebih awal mempunyai derajat tingkat kepemimpinan pendapat yang lebih tinggi dibanding orang yang mengangkat kemudiannya.














PENUTUP

A.    KESIMPULAN
              Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keinovatifan dan kategori adopter itu memiliki suatu keunikan yaitu Inovasi sebagai sasaran/instrumen untuk melakukan perubahan sosial dan keinovatifan merupakan tingkat pengadopsian dari kelompok masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan.
              Dalam menerima inovasi, pengadopsi dikategorikan dalam lima kelompok yaitu : innovator, pengguna awal (early adopters), mayoritas awal (early majority), mayoritas akhir (late majority) dan laggard. Selain itu dalam hal inovasi banyak hambatannya. Untuk itu perlu taktik dan strategi yang tepat yaitu antara lain: Strategi Fasilitatif, Strategi Pendidikan, Strategi bujukan dan Strategi Paksaan.

B.     SARAN
Setelah mengetahui betapa pentingnya inovasi itu, maka penulis menyarankan kepada semua pihak, terutama sekolah-sekolah supaya menerapkan inovasi-inovasi baru dalam proses pendidikan dengan cara mengomunikasikan suatu inovasi pendidikan dan mengadopsi, kemudian mencoba menerapkan inovasi tersebut untuk kemajuan sekolah lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim.1988. Inovasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud Dirjendikti
Ihsan, Fuad.1995. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Rogers, Everett M.1983. Diffusion of innovations. New York: The Free Press.
Danim, Sudarman. 2003. Agenda Pembaharuan sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/11/08/difusi-inovasi/



















Share with your friends

1 comment

Notification
This is just an example, you can fill it later with your own note.
Done